Kalimat ini kembali muncul dalam ingatan ku ketika membaca novel Negeri 5 Menara. Tokoh utama dalam novel ini, dan keempat sahabatnya, yang kebetulan mondok di pesantren memegang teguh kalimat ini. Katanya, kalimat ini memberi dorongan bagi mereka untuk selalu berusaha meraih cita.
Kira-kira setahun lalu, salah seorang teman kakakku, yang juga masih sepupu kami, manginap di rumah kami. Niatnya sih ingin mengerjakan skripsi. Karena katanya kalau skripsinya di kerjakan di rumah sendiri, akan lama selesainya. Kami kemudian selalu memberikannya semangat. Manjadda wa jada.
Mulai lah saat itu kalimat ini menjadi familiar dalam keseharianku. Ibarat kalimat sakti mandraguna, setiap kali melakukan sesuatu aku dan saudariku selalu saling menyemangati. Bahkan aku selalu mengatakan pada diriku sendiri.
Manjadda wa jada.
Barang siapa yang bersungguh-sungguh maka dapatlah ia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar