Minggu, 02 Oktober 2011

Korea Lagi, Korea Lagi.

Sebagian besar orang pastinya sudah tidak asing lagi dengan Koreans Pop atau yang biasa disingkat K-Pop. Yah istilah ini sudah semakin familiar di telinga masyarakat indonesia. Bagaimana tidak, saat ini film drama Korea telah membanjiri mata pemirsanya. Belum lagi musik mereka yang disajikan dengan selusin remaja yang bergoyang dengan seirama. Sehari-hari kita menyaksikan mereka di layar televisi, di majalah, jadi wajar saja kalau saat ini K-Pop telah sangat melekat dalam kehidupan masyarakat Indonesia.

K-Pop telah menjadi telah menjadi trend setter. Dari kalangan muda hingga yang telah berumur setengah baya ramai-ramai menjadikan icon-icon Korea idola mereka sebagai patron gaya mereka. Maka tidak heran jika saat ini di etalase-etalase toko kini terpajang pakaian-pakaian mini ala-ala Korea. Bahkan tidak hanya dalam hal style, K-Pop juga telah menyentuh pola interaksi masyarakat kita. Tidak sedikit remaja yang saat ini telah membentuk perilaku dan gaya berbicara mereka layaknya pemain dalam drama Korea.

Saya pernah bertemu dengan seorang teman lama, tapi saya sempat tidak mengenalinya karena penampilannya yang sangat jauh berubah. Ia mengenakan rok mini (yang model sailormoon gitu) yang dipasangkan dengan blouse warna cerah. Padahal dulu orangnya sangat simple loh. Nah tidak sampai di situ, saya semakin dibingungkan dengan istilah-istilah yang dia gunakan (dalam bahasa Korea). Saat itu saya mulai berpikir K-Pop telah menguasainya. ^0^

Crita lain juga datang dari salah seorang sahabat saya, yang tentunya adalah K-Pop-ers sejati. Saking ngefens nya, dia menyempat waktu untuk mengambil kursus bahasa Korea, bahkan dia juga mengangkat K-Pop dalam tugas akhirnya. Kalau yang kayak ini sih layak untuk diacungi jempol. Nah suatu ketika saya berkunjung ke rumahnya, dan saya hanya bisa menahan nafas sejenak ketika melihat koleksi DVD Korea yang dimilikinya. Ada ratusan keping film, drama, hingga reality show yang semuanya Korea. Saat itu yang sempat saya pikirkan hanya berapa banyak uang dan waktu yang dihabiskan untuk semua ini.

Tidak hanya sebatas dalam live syle saja, dampak lain yang ditimbulkan oleh K-Pop, yang pastinya juga telah sangat kita rasakan adalah menjamurnya boyband dan girlband karbitan. Yah K-Pop telah menciptakan ladang bisnis bagi sebagian orang. Dengan modal wajah pas-pasan, juga kemampuan menyanyi dan menari yang sangat seadanya, remaja putra dan putri yang meniru-niru artis Korea diterbitkan untuk menghibur masyarakat. Tapi lucunya kok bisa ya, sampai sebegitu diminatinya. Apa warga Indonesia sekarang sulit mempeoleh hiburan lain, atau karena memang kita telah terjebak dalam apa yang disajikan oleh media.

Di sisi lain, menjadi terkenal hingga berbagai belahan dunia menjadi kebanggaan dan nilai tawar tersendiri bagi Korea. Mereka telah mampu membentuk mainstreeam masyarakat dan menciptakan karya mereka sebagai icon internasional. Mereka telah mampu membentuk budaya Pop mereka sendiri.

Di samping itu, Dengan jaringan yang dibentuk oleh industri hiburannya ini, Korea mampu membawa nilai-nilai kebudayaan, yang kemudian memberikan dampak yang sangat besar bagi perekonomian bahkan hingga pengambilan kebijakan politiknya. Tidak jarang dalam drama Korea yang menampilkan kakayaan Budaya tradisional mereka. Mereka juga menjadikan film sebagai ajang promosi produk mereka. Handphone contohnya. Dalam drama Korea seringkali ditampilkan para artis mengginakan Hp lipat atau Touchscreen, yang kemudian banyak ditiru oleh remaja di seluruh dunia (film Korea tidak pernah menampilkan Blackberry). Hal ini tentunya patut kita acungi jempol.

Apa yang telah dicapai oleh industri hiburan Korea saat ini pastinya ditempuh melalui jalan sangat panjang dan tidak mudah. Berdasarkan info sahabat saja, yang maniak Korea tadi, untuk menciptakan seorang artis korea dibutuhkan waktu sekitas sepuluh tahun. Hal ini dikarenakan mereka yang ingin di orbitkan harus menjalani proses training sejak umur sekitar tujuh tahun. Dalam training ini mereka dilatih untuk mahir menyanyi, menari dan berakting. Nah pantas saja kan kalau para artis Korea itu kualitasnya tidak diragukan lagi. Dan mungkin dapat dimaklumi jika mereka bisa sedemikian terkenalnya.

Lalu bagaimana dengan Indonesia.?
Saya juga kurang memahami mengapa masyarakat kita bisa menjadi sedemikian "latah." Apa karena memang kebudayaan kita begitu kurang menarik sehingga dalam negeri pun masih kalah bersaing oleh kebudayaan asing. Atau karena kurang "menjual" sehingga para pelaku industri hiburan lebih suka mengorbitkan artis yang dimiripkan dengan artis Korea daripada "membentuk" artisnya sendiri. Atau pada dasarnya kita memang telah terjebak dalam pusaran kepentingan yang mematikan kreatifitas dan menuntut kita untuk tetap membebek.

Setelah bosan dengan Western Pop, kita perpindah pada Korean Pop... Lalu apa selanjutnya??? Mungkin akan ada Chineese Pop atau mungkin Arabian Pop.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar