Kamis, 29 September 2011

Boros! Kertas dalam pembuatan tugas akhir mahasiswa.

Kertas telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Hampir seluruh aktifitas keseharian kita membutuhkan kertas, seperti pekerjaan, komunikasi, pendidikan, kesehatan, perbankan, dan lain lain. Kertas biasa kita jumpai dan karena relatif mudah untuk mendapatkannya maka tidak heran jika pemakaian kertas cenderung sesuka hati penggunanya. Tingkat kebutuhan kertas pun kemudian makin meningkat dari hari ke hari. Telah kita ketahui bersama bahwa kertas merupakan komoditas yang berbahan baku pohon, terutama akasia dan eukaliptus yang hingga kini masih paling diandalkan. Itu artinya, akan makin banyak lagi pohon ditebang jika masyarakat dunia tidak semakin bijak dalam menggunakan kertas.

Di Indonesia sendiri kampenye hemat kertas semakin digalakkan. Hal ini dengan melihat fakta bahwa saat ini di Indonesia diketahui telah terjadi kerusakan hutan yang cukup parah.  Berdasarkan statistik kehutanan, luas hutan Indonesia telah menyusut dari 130,1 juta ha (67,7 % dari luas daratan) pada tahun 1993 menjadi 123,4 juta ha (64,2 % dari luas daratan) pada tahun 2001. Penyusutan ini disebabkan oleh penjarahan hutan, kebakaran, dan konversi untuk kegiatan lain seperti pertambangan, pembangunan jalan, dan permukiman. Sekitar 35 % dari hutan produksi tetap seluas 35 juta ha juga rusak berat. Hutan yang dapat dikonversi kini tinggal 16,65 juta ha. Apabila dengan laju konversi tetap seperti saat ini maka dalam waktu 25 tahun areal hutan konversi akan habis. Saat ini laju deforestasi hutan Indonesia diperkirakan sekitar 1,6 juta hektar per tahun (Dephut, 2009). Dengan kerusakan seperti tersebut diatas, tentu saja proses penyerapan karbondioksida (CO2) tidak dapat optimal. Jika vegetasi berkurang, sedangkan emisi CO2 terus meningkat, maka jelas akan mengakibatkan peningkatan CO2 dalam atmosfer yang tidak terkendali (Lakitan, 1994).

Adanya penggunaan kertas yang berlebihan tentunya tidak dapat dilepaskan dari kayu sebagai sumber utamanya. Pengalihfungsian kayu yang semula berfungsi sebagai penyuplai oksigen untuk bumi kini berubah menjadi bahan utama kertas dan bahan bangunan. Indonesia Pulp & Paper Association menyatakan bahwa jumlah konsumsi kertas Indonesia di tahun 2006 adalah 5,96 juta ton. Kebutuhan (demand) yang besar inilah yang menjadi salah satu pemicu maraknya kasus  pembalakan liar (illegal logging) di Indonesia. Faktanya pembuatan kertas membutuhkan bahan utama kayu lebih dari 90%. Hal ini tentunya memberikan ancaman baru bagi ketersediaan oksigen di bumi. Menurut penelitian satu pohon kayu dapat menghasilkan 1,2 kg oksigen setiap hari. Jumlah tersebut sebanding dengan kebutuhan oksigen dua orang manusia. Dimana setiap manusia membutuhkan oksigen sekitar 0,56 kg per hari.

Kertas telah menjadi kebutuhan sehari-hari manusia. Tidak dapat dielakkan bahwa segala aktifitas manusia setiap harinya menggunakan kertas. Namun sayangnya sangat sedikit orang yang menyadari akan dampak penggunaan kertas yang sangat berlebihan. Kesadaran akan pengefisienan dan pengefektifan fungsi kertas masih sangat minim pada diri masyarakat dalam berbagai sektor kehidupan. Berdasarkan data Rainforest Information Center, sebanyak 10 -17 pohon yang harus ditebang untuk menghasilkan satu ton kertas ukuran koran (atau 8 lembar ukuran kertas A4). Satu ton kertas tersebut cukup untuk mencetak sekitar 7.000 eksemplar Koran atau 56000 lembar kertas ukuran A4. Hal ini tentunya menjadi perhatian tersendiri, di mana dampak yang ditimbulkan akan mempengaruhi kesembangan lingkungan hidup.

Salah satu sektor yang paling banyak mengkonsumsi kertas adalah sektor pendidikan. Penggunaan kertas pada sekolah-sekolah dan perguruan tinggi tentunya tidak dalam jumlah yang sedikit. Pada perguruan tinggi pada khususnya, pemakaian kertas tercatat dalam jumlah yang sangat besar. Berbagai kegitan mulai dari administrasi hingga kegiatan perkuliahan tidak luput dari penggunaan kertas. Contoh konkret yang dapat sangat jelas terlihat pada penggunaan kertas pada penyusunan tugas akhir mahasiswa yang merupakan syarat untuk menamatkan pendidikan pada tingkat tertentu.

Tugas akhir dalam hal ini memfokuskan pada karya ilmiah mahasiswa merupakan suatu karya tulisan yang dibuat melalui penelitian ilmiah yang kemudian menjadi suatu syarat seseorang untuk menamatkan pendidikannya pada tingkatan tertentu. Pada penulisannya, tugas akhir harus mengikuti kaidah-kaidah tertentu. Aturan penulisan tugas akhir ini memiliki perbedaan pada tiap perguruan tinggi di Indonesia. Pada Universitas Hasanuddin, contohnya, format penulisan tugas akhir yang berlaku antara lain :
1.    Menggunakan kertas hanya pada satu sisinya.
2.    Jarak antara baris satu dengan yang lain dibuat spasi ganda atau 2 spasi.
3.    Batas-batas  pengetikan diatur sebagai berikut:
Tepi atas (top)               :4 cm
Tepi bawah (bottom)     : 3 cm
Tepi kiri (left)                 : 4 cm
Tepi kanan (right)          : 3 cm

Aturan penulisan karya ilmiah ini kemudian menjadi hal yang menarik untuk dibahas dengan melihat fakta bahwa aturan penulisan yang saat ini berlaku akan semakin memperbesar konsumsi kertas pada perguruan tinggi. Penulisan dengan aturan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya akan memberikan pengaruh yang signifikan pada penggunaan kertas. Terlihat jelas bahwa aturan penulisan tugas akhir yang diberlakukan saat ini sama sekali tidak memaksimalkan setiap lembaran kertas yang digunakan.

Sebagai contoh pada Unversitas Hasanuddin yang menamatkan sekitar 3000 orang mahasiswa tiap tahunnya. Sekitar 2000 orang mahasiswa harus menyelesaikan tugas akhir sebagai syarat kelulusannya. Dengan aturan yang diberlakukan saat ini maka tugas akhir setiap mahasiswa memerlukan kurang lebih 100 lembar kertas. Jika tugas akhir ini harus digandakan sebanyak lima kali, maka setiap tahunnya Universitas Hasnuddin menghabiskan 1.000.000 lembar kertas untuk pencetakan karta ilmiah yang merupakan tugas akhir mahasiswa. 

Jika 10-17 pohon ditebang untuk menghasilkan satu ton kertas yang mampu mencetak 56.000 kertas ukuran A4, maka Unhas membutuhkan kurang lebih 18 ton kertas. Artinya jumlah pohon yang ditebang untuk kebutuhan tugas akhir mahasiswa Unhas setiap tahunnya adalah 180 – 306 batang. Ini belum termasuk kertas yang diperlukan selama proses pembuatan karya ilmiah tersebut.

Berdasarkan data di atas, jika Universitas Hasanuddin saja memerlukan 180 – 306 batang pohon untuk mencetak tugas akhir mahasiswa, maka tentunya jumlah yang sangat besar terbayang dalam benak kita jika menghitung berapa batang pohon yang diperlukan oleh universitas di seluruh Indonesia.

Sudah saatnya kita mulai memikirkan bumi tempat kita tinggal, dari hal terkecil, dari hal disekitar kita. Bukankah untuk melestarikan lingkungan tidak hanya dengan bersepeda santai.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar