Senin, 26 September 2011

Amerika - Kemerdekaan Palestina


Palestina telah menjadi wacana internasional selama beberapa bulan terakhir. Setelah melewati jalan panjang mengajukan diri sebagai anggota PBB, pada jumat (25 september 2011) palestina yang diwakili oleh Presiden Presiden Mahmod Abbas mengajukan dokumen permohonan penerimaah Negara Palestina sebagai negara anggota PBB kepada Majelis Umum PBB.

Hal ini tentunya mengundang banyak pro kontra dari dunia internasional. Walaupun telah mengantongi dukungan dari sebagian besar negara anggota PBB, namun pada kenyatannya untuk dapat 'terdaftar' sebagai anggota, Palestina harus memperoleh dukungan dari setengah + 1 anggota dewan keamanan yang berjumlah 15 negara, tanpa ada penolakan dari negara-negara pemilik hak veto (AS, Inggris, Prancis, Rusia, dan Cina).

Saat ini Palestina telah didukung oleh sembilan negara Dewan Keamanan PBB. tetapi yang menjadi masalah adalah adanya ancaman AS yang akan mem-veto pengajuan kemerdekaan Palestina itu. AS yang merupakan sahabat karib Israel, secara terang-terangan menolak kehadiran Palestina di PBB. Hal ini diungkapkan secara tegas oleh presiden Barrack Obama, yang menyatakan bahwa satu-satunya jalan yang harus ditempuh adalah kembali menjalin perundingan damai antara Palestina dan Israel, bukan dengan memberikan kemerdekaan penuh pada Palestina.

Penolakan AS ini tentunya tidak membuat surut semangat Palestina. Kecaman yang dilontarkan AS justru membuat Palestina kian berupaya untuk memperoleh dukungan penuh masyarakat internasional.

Saat ini Palestina telah didukung oleh negara-negara besar, Rusia, Inggris, bahkan Prancis yang dikenal sebagai negara yang sangat anti islam telah menunjukkan signal yang menyatakan dukungan mereka terhadap kemerdekaan negara Palestina.

Yang menjadi pertanyaan kemudian adalah, mengapa negara-negara Uni Eropa, yang merupakan 'everlasting allies' Amerika kini justru berbalik arah mendukung Palestina?

Hal ini tentunya terkait dengan kepentingan nasional Negara Uni Eropa itu sendiri. Hadirnya dukungan Rusia yang kini menggenggam pasokan energi Uni Eropa akan sangat menpengaruhi kebijakan yang mereka tempuh. Rusia yang telah menjadi rival utama AS, menyatakan dukungan secara penuh kepada palestina yang kemudian di ikuti oleh negara-negara Uni Eropa, Rusia juga menyerukan kepada dunia Internasional untuk mewujudkan perdamaian di Palestina.

Apa yang terjadi dengan AS. Mungkinkan saat ini AS telah kehilangan kekutaannya untuk mengontrol dunia, bahkan sulit untuk mempertahankan aliansinya untuk tetap berada di pihaknya?

Pada kenyataannya proses kemerdekaan Palestina yang seharusnya menjadi penegakan terhadap hak-hak dasar manusia menjadi ajang bagi negara-negara adidaya untuk menunjukkan siapa yang paling berkuasa diantara mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar