..:: kau bisa menikmatinya sesukamu,,karena dia tidak untuk dirangkai,,tidak untuk dipajang..atau dijadikan buah tangan..biarkan dia hidup seadanya..dan angin akan menerbangkan serbuknya ::..
Sabtu, 13 November 2010
Mereka bilang “We love Chinese Tea”
“We love Chinese Food, specially the Tea”. Kalimat itu saya temukan di salah satu situs internet yang diucapkan oleh seorang anak berusia tujuh tahun (warga Amerika Serikat) ketika sedang menikmati makan siang bersama keluarganya. Memang sudah tidak mengherankan lagi jika di seluruh penjuru dunia saat ini, makanan Cina sudah sangat mudah kita temukan. Jangankan oleh kita orang dewasa, yang lebih banyak meluangkan makan siang di luar rumah, bahkan anak kecil hingga orang tua sekalipun di seluruh dunia tidak asing lagi dengan makanan yang menggunakan sumpit itu.
Makanan Cina, tentunya sudah tidak asing lagi terdengar di telinga kita. Mungkin yang akan terbayang adalah mie dalam mangkuk bulat dengan sepasang sumpit atau restoran yang dihiasi dengan berbagai ornamen berwarna merah. Tapi di sini saya tidak akan bercerita tentang apa saja makanan Cina itu atau bagaimana cara membuatnya. Saya hanya akan menjelaskan sedikit mengapa makanan Cina begitu di kenal di dunia. Mengapa orang di Amerika lebih mengenal teh yang berasal dari Cina dari pada yang berasal dari Indonesia.
Jika berbicara tentang makanan, tidak hanya makanan Cina, kita tentunya akan berbicara tentang bagaimana rasa makanan itu dan yang terpenting apa khasiatnya bagi tubuh kita (namanya juga makanan). Ditinjau dari kanikmatan yang kita peroleh, cita rasanya makanan Cina mungkin tidak perlu dipertanyakan lagi. Sebagai manusia yang berpikir, kalau bukan rasanya yang sangat menggiurkan, apalagi yang dapat menarik pengunjung restoran-restoran Cina yang selalu ramai, walaupun makanan-makanannya terkenal dengan harga yang sangat mahal. Kebanyakan orang yang mengonsumsi makanan Cina mengatakan bahwa makanan Cina memliki cita rasa yang khas, sangat enak tentunya.
Lalu apa yang bisa kita dapatkan dari mengonsumsi makanan-makanan yang berasal dari negeri Panda itu. Menurut data yang saya peroleh dari Asiamaya.com, makanan Cina memiliki banyak manfaat bagi tubuh kita, terutama yang berasal dari sayuran, buah serta jamur. Apalagi saat ini para kaum vegerarian Cina dapat dengan mudah mengkamuflasekan bahan dasar tumbuhan itu sehingga membuatnya menjadi “daging” dan “ayam”. Tentunya bukan daging atau ayam sungguhan, tetapi bahan-bahan tumbuhan diproses sedemikian rupa agar memiliki rasa mirip daging. Jadi dalam hal ini tidak sulit untuk hidup sehat ala vegetarian Cina. Makanan Cina juga banyak yang digunakan sebagai bahan pengobatan dan bahan terapi. Sebut saja biji teratai dan udang mutiara yang saat ini banyak digunakan sebagai bahan pengobatan. Jadi dengan banyaknya manfaat dari makanan Cina, tidak mengherankan jika banyak orang di seluruh dunia memburu makanan ini.
Tapi tidak hanya manfaat saja yang dapat kita peroleh dari makan Cina. Misalnya saja Pork (daging babi muda olahan) yang saat ini menjadi menu andalan di berbagai restoran-restoran Cina. Berdasarkan penelitian, daging babi, khususnya Pork banyak mengandung bahan yang tidak sehat bagi tubuh, misalnya lemak yang melebihi batas, yang dapat menyebabkan manusia terkena stroke dan gangguan jantung. Selain itu berbagai zat berbahaya juga terkandung dalam daging babi yang belakangan diketahui dapat memicu kanker Kesimpulannya, tidak semua manfaat yang dapat kita peroleh dari makanan Cina. Yah seperti kata-kata klise yang setiap kali kita dengar “setiap hal pasti ada baik dan buruknya” tidak terkecuali makanan Cina. Tidak jarang juga kita jumpai makanan Cina yang menggunakan bahan yang aneh, bahkan sangat aneh. Misalnya dengan bahan dasar kura-kura, ulat dan bahkan ular. Tapi menurut orang Cina, yang biasa mengonsumsi, makanan itu biasa saja dan bergizi tinggi. Jadi menikmati makanan Cina juga harus memilih yang sesuai dengan perut kita.
Keberadaan makanan Cina ini sudah menjadi tren dalam masyarakat dunia. Bisa dikatakan makanan Cina merupakan makanan pembanding yang ada saat ini. Mengapa saya sebut sebagai makanan pambanding. Hal ini dikarenakan restoran-restoran Cina saat ini hampir sama ramainya dengan restoran yang menyadiakan makanan-makanan western. Bahkan tidak menutup kemungkinan, jika semua orang tidak hanya memikirkan bagaimana caranya mengenyangkan perut dengan makanan yang enak, maka tentunya restoran Cina akan kebanjiran pengunjung. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya makanan Cina menyediakan menu-menu yang sehat dan alami, yang tentunya lebih baik dari pada makanan-makanan “Junk” yang disediakan di restoran-restoran western.
Tersebarnya makanan Cina di seluruh penjuru dunia bisa dikatakan sebagai suatu proses pengglobalan. Itulah globalisasi. Globalisasi memang menyentuh segala bidang kehidupan kita, tak terkecuali dengan apa yang kita makan. Mungkin saat ini kita masih merasa nyaman dengan makan nasi sebagai makanan utama. Namun saat zaman semakin berkembang, ketika orang-orang yang merasa dirinya “modern” makan dengan hanya menikmati roti dan sedikit campuran daging. Maka tidak menutup kemungkinan kita akan mengikuti mereka agar bisa tergabung dalam “masyarakat modern”. Atau ketika kita sudah nyaman dengan menggunakan sendok, ketika memasuki restoran Cina kita harus membiasakan menggunakan sumpit.
Berangkat dari analisis di atas, maka saya menampilkan sebuah defenisi globalisasi, yang bersumber dari Ensiklopedia Dunia, yang menyatakan sebagai berikut :
“Globalization is the trend toward increased economic, cultural, and social connectedness between individuals, bussiness, and public organizations across international border.”
(The world book encyclopedia, 2003: 232b)
Globalisasi merupakan tren terhadap peningkatan ekonomi, budaya, dan hubungan sosial diantara individu-individu, bisnis, dan organisasi-organisasi publik melewati batas internasional.
Dari definisi di atas, dapat kita tarik sebuah kesimpulan bahwa, suatu proses globalisasi merupakan aktivitas-aktivitas baik yang dilakukan oleh individu, organisasi, maupun negara yang melampaui batas-batas negara. Dalam proses globalisasi batas geografis suatu negara bukan lagi menjadi hambatan yang berarti. Seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi, setiap negara dapat melakukan hubungan kerjasama dengan aktor internasional lainnya. Dalam defenisi ini, globalisasi tidak hanya berbicara tentang ekonomi dan pasar bebas. Dalam globalisasi juga diperbincangkan tentang aspek-aspek lainnya. Misalnya, proses pengadaptasian sistem politik dari suatu negara, pertukaran budaya serta bagaimana mempertahankan stabilitas militer suatu nagara. Dengan demikian segala aspek kehidupan saat ini menjadi objek dalam proses globalisasi.
Memfokuskan pada globalisasi di bidang budaya yang mempengaruhi kehidupan social masyarakat, dengan mengambil sampel makanan Cina. Jika dianalisis lebih jauh, akan terlihat sebuah fakta yang menarik. Seperti produk-produk globalisasi lainnya, makanan Cina hanya “menyentuh” kalangan atas (terkhusus pada makanan-makanan cina yang diimagekan mewah dan wah). Yah tentu saja karena harganya yang selangit. Makanan Cina hanya tersedia di tempat-tempat yang bergengsi, yang bahkan hanya untuk menikmati segelas the manis kita harus menguluarkan selembar uang sepuluhribuan. Jadi faktanya, makanan Cina hanya tersedia bagi mereka yang berdompet tebal.
Lalu bagaimana makanan Cina bisa dinikmati oleh semua kalangan. Ternyata sejalan dengan ideologi yang dibawa oleh globalisasi, makanan Cina sebagai salah produk globalisasi tentunya juga termuat unsur kapitalisme di dalamnya. Hanya dapat dinikmati oleh kaum elite. Itulah kenyataannya
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar