Dalam hidup ini yang aku butuhkan adalah hal-hal yang sederhana. Jika ia berupa harta benda, aku butuh secukupnya saja, asal cukup untuk menjelaskan padaku betapa sedikit sebenarnya kebutuhanku sehingga jika kelebihan, sedang menjadi milikku, itu pasti bukan karena kebutuhanku melainkan karena kerakusanku.
Jika ia berupa ilmu pengetahuan, cukuplah ilmu yang mengajariku tentang kebodohan, bahwa apapun yang kupelajari hanya untuk menegaskan kebodohanku, bahwa jika semua isi kepalaku di buka dan kutadahkan, ia tak akan sanggup menampung seluruh pengetahuan semesta raya, janganlah merasa berbangga diri mentang-mentang berilmu, merasa berilmu pun merupakan bentuk penegasan baru tentang kebodohanku.
Jika aku butuh sahabat, cukuplah aku puas dengan orang-orang yang sederhana, sepanjang orang itu sanggup mengilhamiku agar tidak ragu untuk tidur jika mengantuk, makan jika lapar, dan tertawa jika bersuka cita, cukuplah jika para sahabatku mengajari aku untuk berani jadi manusia yang wajar dan semestinya.
Jika aku berguru, aku tidak meminta guru yang dapat mengajariku terbang dan menghilang, cukuplah bagiku jika sang guru mau membimbingku untuk belajar menyingkirkan batu di jalan, rela pada keberuntungan orang lain, sabar atas kemalangan diri sendiri, dari guruku itu aku tidak mengharapkan pelajaran apapun selain pelajaran merendahkan diri dan merendahkan hati, karena penyakit terbesarku saat ini bahwa aku merasa aku ini adalah penting dan besar, dengan kebesaranku itulah orang lain sering terlihat kecil, dan karena kepentinganku itulah orang lain jadi terasa remeh, karena keberadaanku itulah orang lain seakan tidak ada, jika aku tidak dibesarkan dan dipentingkan, betapa susah hatiku, jika aku merendah, sesungguhnya karena aku sedang merasa lebih tinggi, jika aku sedang mengecil sesungguhnya karena aku tengah merasa besar, oleh karena itulah aku dapat khusyu’ berdoa sambil memandang hina orang lain yang tingkat kekhusyu’annnya kuanggap tidaklah sama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar